Jangan Jadi Orang Toxic!

Purwokerto – Jangan jadi orang yang toxic! karena orang yang toxic mempunyai pengaruh negatif lebih banyak daripada sisi positifnya.

Toxic kalau dari kaca mata psikologi, ada istilah Codependent Relationship yaitu interaksi antar manusia di mana salah satu pihaknya terlalu mementingkan kepentingan yang lain. Akhirnya orang tersebut mengorbankan kepentingannya sendiri hanya untuk membuat orang lain senang. Dalam hubungan ini, setiap keputusan yang dibuat bukan atas kemauan sendiri, melainkan tergantung pada persetujuan pihak yang lain.

Codependent Relationship disamaartikan dengan toxic, istilah untuk menyebut suatu hubungan beracun atau yang memberikan banyak efek negatif.

Sifat toxic ini dapat merugikan individu yang terlibat di dalamnya maupun di lingkungan sekitar.

Sifat toxic dapat muncul di berbagai aspek kehidupan manusia, seperti hubungan dengan pasangan (toxic relationship), orang tua (toxic parent), rekan kerja (toxic employee), hingga pertemanan (toxic friendship).

Apakah Anda termasuk orang yang toxic? Untuk mengetahuinya, AABS telah membuat podcast FYP (For Your Psychology) dengan tema “Bahaya Toxic” bersama Ustadzah Azmi Hanifah, S.Psi. dari Biro Psikologi AABS.

Dalam podcast tersebut, ustadzah Azmi menjelaskan ada empat ciri yang cenderung tampak dari orang yang toxic, antara lain:

Egonya cenderung sangat tinggi, mengaturnya terlalu berlebihan.
Melakukan kesalahan enggan minta maaf, karena maaf menjatuhkan harga diri.
Empatinya tidak ada, tetapi cenderung menonjolkan diri sendiri.
Memiliki energi vampir, artinya suka menyerap energi positif orang lain sehingga kebahagiaan orang lain hilang.

“Banyak tempat yang bisa menjadi peluang toxic tumbuh, tetapi apakah toxic itu memengaruhi kamu atau enggak, diri kamu yang menentukan. Dengan cara meningkatkan kualitas dan kemampuanmu sehingga bisa menjaga kamu dari lingkungan yang toxic.”

Penjelasan lengkapnya tonton video FYP Episode Toxic di sini (klik link ini).