Purwokerto – SMA Al Irsyad Al Islamiyyah Boarding School (AABS) Purwokerto mengadakan Outdoor Study ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau dikenal dengan Jogja.
Jogja merupakan salah satu provinsi yang terkenal dengan ragam budaya dan kerajinan tangannya. Jika kita mengunjungi Jogja, banyak pilihan wisata edukasinya mulai dari keraton, museum, hingga desa wisata edukasi.
Dalam perjalanan outdoor study level XII, siswa-siswi SMA AABS Purwokerto berkesempatan mengunjungi empat objek studi di Yogyakarta pada Rabu-Kamis, (6-7/11/2024). Keempat objek studi ini antara lain Keraton Jogja, Museum Sonobudoyo, Desa Bambu Brajan, dan Malioboro.
Outdoor study kali ini mengenalkan kepada siswa ragam budaya yang ada di Indonesia khususnya DIY dan kerajinan tangan berbahan bambu. Dengan harapan, siswa-siswi SMA AABS dapat mengenal karya seni maupun budaya lokal yang bernilai sejarah, menanamkan sikap menghargai, meningkatkan kemampuan bersosialisasi, dan interaksi sosial dengan masyarakat lokal maupun mancanegara.
Museum Sonobudoyo
Tempat pertama outdoor study Jogja adalah Museum Sonobudoyo. Di museum ini, siswa dapat melihat berbagai koleksi tradisi budaya Jogja serta manuskrip bersejarah. Tak hanya itu, Museum Sonobudoyo juga memiliki sejumlah ruang pamer hingga ruang wayang sebagai wahana edukasi tentang nilai-nilai agama, seni, budaya, maupun kehidupan. Semua rute di dalam museum ditemani tour guide.
Keraton Jogja
Setelah asyik belajar di Museum Sonobudoyo, pembelajaran di lapangan berikutnya yakni mengunjungi Keraton Jogja. Di tempat ini, pengetahuan tentang budaya Jogja semakin bertambah karena siswa mendapat informasi kebudayaan Jogja langsung dari Abdi Dalem.
Dengan berkeliling di Keraton, siswa SMA AABS lebih mengenal sejarah tentang pembangunan dan perkembangan Yogyakarta.
Saat pertama kali masuk keraton, mata kita tertuju pada bangunan Gladhag Pangurakan, sebuah gerbang utama atau benteng pertahanan untuk bisa memasuki Keraton Jogja.
Setelah melewatinya, para siswa mendapat penjelasan bangunan-bangunan hingga koleksi barang antik bersejarah yang ada di keraton.
Sebut saja Bangsal Pagelaran atau Tragtat Rambat di mana dulunya tempat ini adalah ruangan untuk bertemunya Abdi Keraton ketika ingin menghadap Sultan.
Kemudian siswa melihat pertunjukkan wayang kulit, benda peninggalan kerajaan, seperti pusaka berbentuk keris, gamelan, barang-barang dan seragam peninggalan Abdi Dalem, batik, dan masih banyak lagi.
Desa Bambu Brajan
Di Desa Bambu Brajan ini, anak-anak merasakan ekosistem kenyamanan alam pedesaan berbalut wisata edukasi kerajinan bambu.
Ada beragam hasil kerajinan bambu yang siswa temukan di desa ini, mulai dari perabotan rumah tangga hingga pernak-pernik oleh-oleh yang lucu.
Rupanya di desa ini memang sebagian besar warganya merupakan pengrajin berupa besek, wakul, dan pincuk. Pasarnya pun hanya mampu merambah ke pasar lokal. Namun seiring berjalannya waktu, masyarakat menyadari bahwa mereka memiliki potensi kerajinan bambu yang luar biasa tetapi belum dimaksimalkan. Hingga pengrajin melakukan inovasi pada hasil kerajinan untuk memenuhi kebutuhan yang kian dinamis.
Kemudian setelah dari Desa Bambu Brajan, perjalanan outdoor study ditutup dengan jalan-jalan di Malioboro, baik sekadar memanjakan mata setelah belajar seharian, maupun berburu kuliner dan oleh-oleh khas Jogja.
Baca Juga : Wawasan Studi Lanjut ke Luar Negeri, SMA AABS Purwokerto Gandeng Schoters by Ruangguru